Sunday 9 January 2011

INTERAKSI, STRATIFIKASI, MOBILITAS, DAN PERUBAHAN SOSIAL

Posted by Admin 01:22:00, under ,,, | No comments

  1. Interaksi Sosial


Interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antara individu dengan individu, kelompok dengan kelompok, serta individu dengan kelompok. Contohnya adalah hubungan antara seseorang dengan kawanya, hubungan antara dua partai politik, hubungan antara seorang anggota kepolisian dengan korpsnya. Interaksi sosial menjadi inti dari pergaulan hidup dan tanpa interajsi sosial kehidupan tidak ada.
Jauh sebelum kita dilahirkan, secara tidak sadar sebenarnya kita telah melakukan interaksi dengan lingkungan sekitar, mulai dari benih seperma seorang ayah kemudian dititipkan pada seorang Ibu, ketika itu seperma berusaha berinteraksi dengan lingkunganya yaitu dengan cara mencari sel telur dalam rahim Ibu dan seperma manakah yang yang dapat berinteraksi dengan baik maka dialah yang akan bertahan hidup ( berhasil membuai sel telur ). Interaksipun tidak sampai berhenti di situ saja tapi dilanjutkan dengan pembentukan janin dan terwujudlah seorang bayi dalam rahim seorang Ibu yang juga berusaha berinteraksi untuk memperoleh makanan ( tapi berbeda dengan cara kita memperoleh makanan ) hingga bayi itu terlahir di dunia, di snilah tempat dimana manusia mamulai interaksi dengan dunia baru atau dunia nyata yaitu kita akan mengalami banyak perkembangan Interaksi Sosial.
Manusia telah mempunyai naluri untuk bergaul dengan sesamanya untuk semenjak dia dilahirkan di dunia. Hubungan dengan sesamanya merupakan suatu kebutuhan bagi setiap manusia, oleh karena dengan pemenuhan kebutuhan tersebut maka dia akan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lainya. Seperti untuk di terima orang lain agar diterima di suatu komunitas, diakui dan seterusnya. Kebutuhan tersebut harus dipenuhi, sebab apabila dalam pemenuhan suatu kebutuhan mengalami hambatan maka akan timbul ketidakpuasan dalam wujud rasa cemas, emosi yang berlebih-lebihan, rasa takut, dan seterusnya. Kebutuhan untuk mengadakan hubungan dengan sesamanya, di dasarkan pada keinginan manusia untuk mendapatkan:
1.           Kepuasan dalam mengadakan hubungan serta mempertahankannya, yang lazimya disebut kebutuhan akan inklusi.
2.           Pengawasan dan kekuasaan yang disebut sebagai kebutuhan akan control.
3.           Cinta dan kasih sayang yaitu kebutuhan afeksi.
Proses tersebut semuanya didasarkan pada adanya berbagai kebutuhan, oleh karena itu kebutuhan-kebutuhan tersebut terwujud di dalam tingkah laku manusia apabila berhubungan dengan sesamanya. Contoh di bawah ini dapat lebih membantu dalam menjelaskan hal tersebut.
semenjak di lahirkan telah mempunyai naluri untuk bergaul dengan sesamanya. Kebutuhan akan inklusi terwujud dalam tingkah laku inklusi yaitu tingkah laku yang merupakan wujud dari keinginan untuk menjadi bagian dari suatu kelompok, keinginan untuk bersama orang lain, dan seterusnya. Selain itu ada kebutuhan akan control yang menghasilkan atas tingkah laku control yang menunjuk pada proses pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu atau tidak mengerjakanya. Tingkah laku tersebut mungkin berwujud daya upaya untuk mempengaruhi, untuk memimpin, mengatur atau bahkan mungkin untuk melawan atau memberontak. Di sini orang yang bernama A tersebut dapat memutuskan menjadi pemimpin, pengikut atau pemberontak.
Kebutuhan afeksi yang ada pada orang yang bernama A menimbulkan tingkah laku afeksi. Tingkah laku afeksi tersebut pada umumnya menunjuk pada hubungan yang intim yang melibatkan diri secara emosional. Persahabatan merupakan salah satu wujud tingkah laku afeksi, juga keintiman dan cinta.
Ragam tingkah laku sebagaimana digambarkan di atasakan mempunyai akibat yang positif apabila diwujudkan dalam proporsi yang serasi, artinya seseorang seyogyanya berusaha menyelaraskan kebutuhan akan inklusi, control, dan afeksi. Ketidak serasian akan menimbulkan akibat-akibat yang negative dalam pergaulan hidup, yang tidak mustahil apabila terjadi kegagalan dalam penyesuaian diri di dalam proses interaksi tersebut. Secara konkrit, pola interaksi social harus didasarkan pada;
a.    Kebutuhan yang nyata.
b.    Efisiensi
c.    Efektivitas
d.    Penyesuaian diri pada kebenaran
e.    Penyesuaian dengan kaidah-kaidah yang berlaku
f.     Tidak memaksakan secara mental dan fisik
Dalam suatu interaksi perlu diketahui bahwa ada dua proses yang berlangsung, yaitu:
1. Proses Asosiatif
Inti dari proses yang asosiatif ini adalah saling kerja sama untuk saling meninjau, baik antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai tujuan bersama.
2. Proses Disosiatif
Inti dari proses disosiatif adalah cenderung pada suatu usaha untuk mempertahankan diri dari musuh atau menjaga dari musuh 
2. Stratifikasi Sosial
 Kata stratifikasi berasal dari kata sratum ( jamaknya; strata yang berarti lapisan ). Pitirim A.Sorokin menjelaskan bahwa Social stratification adalah pembedaan penduduk secara bertingkat.
Disetiap masyarakat senantiasa terdapat stratifikasi yakni suatu system berlapis-lapis yang membagi warga-warga masyarakat ke dalam beberapa lapisan secara bertingkat , artinya suatu lapisan tertentu kedudukanyalebih tinggi dari pada lapisan lainya dan seterunya. Lapisan-lapisan tersebut berisikan warga-warga tertentu, kelompok warga masyarakat  yang termasuk lapisan tertentu tersebut dinamakan Kelas Sosial. Hal ini akan digambarkan dengan suatu contoh di bawah ini, di sertai dengan ukuran-ukuran serba relative. Di dalam Indonesia ada bermacam-macam ukuran untuk menentukan ke dalam manakah seseorang digolongkan. Untuk mengetahui golongan  tersebut maka dapat diketahui melalui beberapa ukuran yaitu;
1.    Ukuran Kekayaan ( materil )
2.    Ukuran Kekuasaan
3.    Ukuran Kehormatan
4.    Ukuran Ilmu Pengetahuan ( Pendidikan )
Contoh:
Seseorang yang berpenghasilan bersih sebanyak Rp.50.000/bulan termasuk lapisan yang lebih rendah dari pada orang yang berpenghasilan Rp.100.000/bulan ( itu dilihat menurut ukuran ekonomis financial.
Seorang kepala biro di sebuah departemen, masuk lapisan atau kelas social yang lebih tinggi daripada seorang kepala bagian. Dalam pandangan kebanyakan masyarakat Indonesia, seseorang yang mempunyai gelar kesarjanaan menjadi anggota kelas yang lebih tinggi daripada yang lainya, yang tidak memiliki gelar tersebut. Ini semua terlepas dari apakah gelar tersebut diperoleh secara jujur ataupun tidak, oleh karena yang lebih dipentingkan adalahgelar kesarjanaanya secara formal. Demikian pula halnya dengan gelar bangsawanyang dibeberapa daerah masih dihormati oleh masyarakat setempat, tetapi di tempat-tempat lain sudah pudar artinya.
Dalam masyarakat Indonesia, ukuran-ukuran tersebut memegang peranan yang sangat penting dan bahkan  menentukan dalam pergaulan hidup sehari-hari. Tidak jarang terdengar suara-suara, dengan kekuasaan dan kekayaan segala sesuatu dapat diperoleh dengan mudah. Memang demikian keadaanya dan seolah-olah ada hubungan timbal balik; kalau ada kekayaan , lebih mudah memperoleh kekuasaan, sehingga mendapatkan pendidikan yang baik ( sampai memperoleh gelar kesarjanaan ).di Indonedia tidak jarang terjadi kelas social orang tua atau kerabat sangat mempengaruhi social seseorang. Misalnya, orang tua mempunyai kedudukan terpandang, maka biasanya anak-anaknya ( walaupun prestise apapun ) ikut-ikut dianggap terpandang. Sebaliknya apabila orang tua atau kerabatnya tergolong kelas yang relatife rendah, maka anaknya atau keluarganya, dianggap demikian pula, walaupun mereka berpenghasilan tinggi atau mempunyai pangkat yang tidak rendah, apa lagi kalau mereka berbuat kesalahan seperti di Indonesia kasus yang menimpa Mbah Minah, hanya karena kepergok mencuri tiga butir Moca milik suatu perusahaan, Mbah Minah di gelandang sampai ke pengadilan sampai di fonis penjara selama 3 bulan, umur yang begitu tua tak menjadi pantangan bagi hukum kususnya bagi perusahaan yang melaporkan, sedangkan di sisi lain para koruptor aman-aman saja dengan kursi istananya tanpa terusik sedikitpun, entah karena itu juga karena main uang atau tidak. 
C.   Mobilitas Sosial

§  Menurut Paul B. Horton, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya atau gerak pindah dari strata yang satu ke strata yang lainnya.
§  Menurut Kimball Young dan Raymond W. Mack, mobilitas sosial adalah suatu gerak dalam struktur sosial yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.
Gerak sosial (Mobilitas sosial) adalah perubahan, pergeseran, peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya. Misalnya, seorang pensiunan pegawai rendahan salah satu departemen beralih pekerjaan menjadi seorang pengusaha dan berhasil dengan gemilang. Contoh lain, seorang anak pengusaha ingin mengikuti jejak ayahnya yang berhasil. Ia melakukan investasi di suatu bidang yang berbeda dengan ayahnya. namun, ia gagal dan jatuh miskin. Proses keberhasilan ataupun kegagalan setiap orang dalam melakukan gerak sosial seperti inilah yang disebut mobilitas sosial (social mobility)
Mobilitas sosial lebih mudah terjadi pada masyarakat terbuka karena lebih memungkinkan untuk berpindah strata. Sebaliknya, pada masyarakat yang sifatnya tertutup kemungkinan untuk pindah strata lebih sulit. Contohnya, masyarakat feodal atau pada masyarakat yang menganut sistem kasta. Pada masyarakat yang menganut sistem kasta, bila seseorang lahir dari kasta yang paling rendah untuk selamanya ia tetap berada pada kasta yang rendah. Dia tidak mungkin dapat pindah ke kasta yang lebih tinggi, meskipun ia memiliki kemampuan atau keahlian. Karena yang menjadi kriteria stratifikasi adalah keturunan. Dengan demikian, tidak terjadi gerak sosial dari strata satu ke strata lain yang lebih tinggi. Cara Untuk Melakukan Mobilitas Sosial
Secara umum, cara orang untuk dapat melakukan mobilitas sosial ke atas adalah sebagai berikut :
§  Perubahan standar hidup
Kenaikan penghasilan tidak menaikan status secara otomatis, melainkan akan mereflesikan suatu standar hidup yang lebih tinggi. Ini akan mempengaruhi peningkatan status.
Contoh: Seorang pegawai rendahan, karena keberhasilan dan prestasinya diberikan kenaikan pangkat menjadi Menejer, sehingga tingkat pendapatannya naik. Status sosialnya di masyarakat tidak dapat dikatakan naik apabila ia tidak merubah standar hidupnya, misalnya jika dia memutuskan untuk tetap hidup sederhana seperti ketika ia menjadi pegawai rendahan.
§  Perkawinan
Untuk meningkatkan status sosial yang lebih tinggi dapat dilakukan melalui perkawinan.
Contoh: Seseorang wanita yang berasal dari keluarga sangat sederhana menikah dengan laki-laki dari keluarga kaya dan terpandang di masyarakatnya. Perkawinan ini dapat menaikan status si wanita tersebut.
§  Perubahan tingkah laku
Untuk mendapatkan status sosial yang tinggi, orang berusaha menaikkan status sosialnya dan mempraktekkan bentuk-bentuk tingkah laku kelas yang lebih tinggi yang diaspirasikan sebagai kelasnya. Bukan hanya tingkah laku, tetapi juga pakaian, ucapan, minat, dan sebagainya. Dia merasa dituntut untuk mengkaitkan diri dengan kelas yang diinginkannya.
Contoh: agar penampilannya meyakinkan dan dianggap sebagai orang dari golongan lapisan kelas atas, ia selalu mengenakan pakaian yang bagus-bagus. Jika bertemu dengan kelompoknya, dia berbicara dengan menyelipkan istilah-istilah asing.

v  Beberapa Bentuk Mobilitas Sosial
*      Mobilitas sosial horizontal
Mobilitas horizontal adalah merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya. Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak merubah status sosialnya.

*      Mobilitas sosial vertical
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertikal ke atas (social climbing) dan mobilitas sosial vertikal ke bawah (social sinking).
ü Mobilitas Vertikal ke Atas (Social climbing)
Mobilitas vertikal ke atas (Social climbing) adalah naiknya derajat seseorang dari ke dudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi.
Contoh: A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.
ü Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)
Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking) adalah turunnya kedudukan individu dari ke kedudukan yang derajatnya lebih tinggi ke derajat yang lebih rendah.
Contoh:seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.

*      Mobilitas Antargenerasi
Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya.
Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.

*      Mobilitas intragenerasi
Mobilitas intragenerasi adalah mobilitas yang terjadi di dalam satu kelompok generasi yang sama. Contoh: Pak Darjo adalah seorang buruh. Ia memiliki anak yang bernama Endra yang menjadi tukang becak. Kemudian istrinya melahirkan anak ke-2 yang diberi nama Ricky yang awalnya menjadi tukang becak juga. tetapi Ricky lebih beruntung sehingga ia bisa mengubah statusnya menjadi seorang pengusaha sementara Endra tetap menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya di sebut Mobilitas Antargenerasi.

v  Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Mobilitas Sosial
Dalam suatu mobilitas social ada beberapa factor yang mempengaruhi terbentuknya mobilitas social tersebut, antara lain;
·         Perubahan kondisi sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.
·         Konflik antarkelas
Dalam masyarakat, terdapat lapisan-lapisan sosial karena ukuran-ukuran seperti kekayaan, kekuasaan, dan pendidikan. Kelompok dalam lapisan-lapisan tadi disebut kelas sosial. Apabila terjadi perbedaan kepentingan antara kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat dalam mobilitas sosial maka akan muncul konflik antarkelas. Contoh: demonstrasi buruh yang menuntuk kenaikan upah, menggambarkan konflik antara kelas buruh dengan pengusaha.
·         Konflik antargenerasi
Konflik antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama dan generasi mudah yang ingin mengadakan perubahan. Contoh: Pergaulan bebas yang saat ini banyak dilakukan kaum muda di Indonesia sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut generasi tua.

D.   Perubahan Sosial

Ø  Max Weber berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan situasi dalam masyarakat sebagai akibat adanya ketidaksesuaian unsur-unsur (dalam buku Sociological Writings).
Ø  W. Kornblum berpendapat bahwa perubahan sosial budaya adalah perubahan suatu budaya masyarakat secara bertahap dalam jangka waktu lama (dalam buku Sociology in Changing World).

Setiap masyarakat selama hidup pasti mengalami perubahan-perubahan yang dapat berupa perubahan yang tidak menarik dalam artian tidak begitu diperhatikan. Dalam perubahan masyarakat dapat mengenai nilai-nilai social, norma-norma social, pola-pola perilaku organisasi, susunan lembaga masyarakat, kekuasaan, dan wewenang, interaksi social dan lain sebagainya. karena luasnya pengertian pada perubahan social maka berdasarkan pengertian yang dijelaskan oleh Max Weber dan W. Kornblum dapat lebih mudah kita simpulkan. Perubahan Sosial adalah perubahan situasi pada suatu masyarakat yang membutuhkan jangka waktu yang lama sebagai bentuk suatu avolusi dalam social mayarakat.
Salah seorang ahli sosiologi mengklasifikasikan perubahan social yaitu Masyarakat Statis dan Dinamis. Masyarakat Statis maksudnya adalah masyarakat yang sedikit sekali mengalami perubahan dan berjalan lambat. Sedangkan Masyarakat Dinamis adalah masyarakat yang mengalami perubahan sangat cepat.
Peruhan sebenarnya sudah terjadi sejak dahulu, hanya saja beberapa orang yang memperhatikan hal tersebut termasuk para ilmuan Sosiologi. Namun dewasa ini perubahan-perubahan terjadi begitu cepat, terbukti dengan maraknya Teknologi-teknologi canggi. Banyak teori-teori mengenai perubahan social ini baik dari kalangan filsafat, sejarah, ekonomi, atau sosiologi. Mereka berpendapat kebanyakan bahwa perubahan adalah hal yang wajar sebagai sesuatu yang timbul dari suatu pergaulan, pendapat itu diantaranya adalah bahwa perubahan social terjadi karena adanya perubahan unsur-unsur mempertahankan keseimbangan masyarakat, contoh perubahan unsur Geografis, Biologis, dan sebagainya. Salah satu contoh perubahan yaitu kepadatan penduduk di pulau jawa misalnya, telah melahirkan berbagai perubahan dengan pengaruh yang besar, area yang dapat diusahakan menjadi lebih sempit, pengangguran tersamar di desa-desa.

v  Sistem Perubahan
Berdasarkan system perubahan sosial, maka perubahan social dibagi menjadi dua sistem yaitu:
1.    Perubahan yang di kehendaki (Intended Change )
2.    Perubahan yang tidak di kehendaki ( Unintended Change )

Perubahan yang di kehendaki atau di rencanakan adalah merupakan suatu bentuk perubahan yang sebelumnya sudah di rencanakan terlebih dahulu oleh pihak-pihak yang ingin mengadakan suatu perubahan, kelompok perubahan itu dinamakan ( Agen of change ) seperti contoh; para Bupati beserta Staf-stafnya merencanakan perubahan pendidikan untuk mengutamakan kualitas didiknya kedepan.
Perubahan yang tidak dikehendaki atau yang tidak direncanakan adalah merupakan perubahan-perubahan yang tidak direncanakan atau tidak dikehendaki, hal ini berlangsung di luar prediksi atau di luar jangkauan masyarakat, sehingga perubahan-perubahan ini cenderung menimbulkan hal-hal yang tidak di inginkan oleh masyarakat, contohnya perubahan pada alam (musibah atau bencana, kepadatan penduduk, dll)

0 comments:

Post a Comment