Friday, 19 August 2011

“TEKNOLOGI BESEBRANGAN DENGAN KONSEPSI FIQIH SIYASAH, PEMERINTAH?;Yang salah teknologi, fiqih siyasah atau pemerintah?”


Kontribusi teknologi dalam pembentukan karakter bangsa sangatlah besar. Entah itu karakter positif atau karakter negativ hampir dapat dipastikan secara rill melalui kecanggihan teknologi. Tidak ada kata sulit melalui teknologi ciptaan manusia ini. Karena memang tujuan teknologi diciptakan manusia untuk mempermudah manusia dalam menjalankan aktifitas sehari-hari. Perkembangan teknologi tidak dapat dipungkiri apalagi di hindari. Teknologi sudah menjadi rahasia publik yang seakan-akan wajib bagi setiap orang untuk menggunakan alat-alat serba canggih. Betapa tidak? Hampir dari peralatan-peralatan terkecil dalam dapur hingga alat kantor, alat rumah tangga hingga Negara sudah mengikuti tren zaman dengan alat teknlogi yang sehingga menuntut masyarakat untuk memanfaatkan aat tersebut. Bahkan sudah menjadi suatu persepsi dalam masyarakat “jaman gini masih gaptek (gagap teknologi)? basi”.
            Banyak manfaat yang didapat dengan adanya alat-alat serba canggih, pekerjaan lebih cepat dan efisien sehingga menghemat tenaga. Petani seharusnya memakan waktu dua hari ketika panen, dengan alat teknologi kini cukup memerlukan waktu sehari untuk menyelesaikan tugas puluhan hektar. Ingin pergi ke suatu tempat cukup pegang setir, nyalakan mesin, tancap gas dan puluhan kilo meter dapat terlewati dengan hitungan jam bahkan detik. Jarak tidak lagi menjadi penghalang dalam berkomunikasi, tinggal tekan beberapa tombol saja sudah dapat ngobrol dengan orang dibelahan dunia sekalipun.
            Namun, satu sisi teknologi juga memiliki dampak yang negativ. Hal ini mengingatkan saya pada kata-kata yang pernah terucap dari paman Band (paman Peater dalam film spederman) “seiring dengan kekuatan besar, akan ada tanggung jawab besar”. Hampir senada dengan “seiring banyaknya sisi positif, sering itu pula banyaknya sisi negatif dari teknologi”. Tentunya masyarakat juga harus melihat luar biasannya dampak negativ yang ditimbukan oleh teknologi. Bahkan saya berani mengatakan “teknlogi dapat membunuh karakter bangsa secara perlahan yang nantinya berujung pada ketragisan yang sangat luar biasa terhadap generasi bangsa”. Hal itu tidak akan terjadi selama diimbangi dengan penanaman moral terhadap masyarakat sedini mungkin sebagai benteng kepribadian masing-masing.
            Tayangan televisi hampir stiap hari menyuguhkan berita-berita kriminal akibat menggunakan teknologi. Mulai pembunuhan, perampokan, pemerkosaan hingga perlawanan terhadap aparat yang dilakukan oleh para teroris. Ironis lagi, bahwa sistem pendidikan yang mempunyai peran sangat penting dalam proses pembentukan pribadi yang unggul malah memberi contoh yang tidak layak lagi. Seperti kasus yang baru saja terjadi menjelang pendaftaran siswa baru baik tingkat SD, SLTA, SLTP maupun Perguruan Tinggi menuai kecurangan dalam seleksi calon murid. Mereka para siswa yang daftar melalui jejaring social internet atau sistem On Line malah merasa tertipu. Dampak negativ bukan hanya itu saja, tetapi pada sikologis anak. Reaserch terkahir Juli 2011 menemukan bahwa main game On Line dapat menimbulkan sifat individualis yang tidak suka dengan kebersamaan. Jika seluruh lapisan masyarakat tidak menyadari akan dampak negativ oleh teknologi. Maka secara perlahan teknologi akan meracuni otak-otak generasi bangsa.
            Melihat kondisi masyarakat dengan pengaruh teknologi saat ini sangat memprihatinkan. Dimanakah peran pemerintah sebagai pemegang kebijakan?. Memang diakui atau tidak jika masyarakat atau pemerintah tidak dapat mencegah berkembanganya teknologi demi mengantisispasi kerusakan moral yang lebih parah. Meskipun demikian, pemerintah masih tetap punya andil dalam pemanfaatan teknologi. Keadaan sepertinya sudah bertentangan dengan kosep pembentukan Negara. Dalam bukunya Muhammad Iqbal (2001) “Fiqih Siyasah” menjelaskan bahwa konsep pembentukan Negara Ideal ada lima, yang salah satunya adalah “Menghindari bahaya harus lebih diutamakan daripada meraih manfaat”. Membandingkan konsep Muhammad Iqbal dengan realitas penggunaan teknologi saat ini seakan-akan lebih mengutamakan manfaat daripada bahaya yang ditimbulkan teknologi. Manakah yang benar dan yang salah? Teknologi, Fiqih Siyasah atau Pemerintah? sebagai pemegang kebijakan. Stmj.25/07/11

0 comments:

Post a Comment