Friday 19 August 2011

“JANGAN AMBISI TERHADAP KEKUASAAN ATAU JABATAN”


Islam itu indah, demikian nama acara di salah satu stasiun televisi komersil. Tetapi keindahan itu akan terwujud jika kita mau melakukan berdasar petunjuk tekisnya. Hampir dalam semua segi kehidupan ini sudah tertera dalam islam baik tersurat maupn tersirat. Mulai dari hal paling kecil seperti bab makanan hingga hal yang palig besar yaitu Ibadah, urusan pribadi hingga urusan Negara dan mulai saat ini di dunia hingga sampai nanti di akhirat. Alangkah indah dan nikmatnya jika semua itu dapat kita lakukan sesuai dengan aturan yang sudah ada. Dari sini kita dapat mengambil suatu hikmah yang paling besar dari rutinitas orang islam disaat Negara kita Indonesia yang sedang mengalami krisis kepemimpinan, terutama dalam hal perebutan kekuasaan.
Sholat, itu adalah salah satu rutinitas yang wajib dilakukan orang islam sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Saat waktu sholat telah tiba umat muslim melaksanakan sholat dengan berjama’ah. Terdiri Imam (pemimpin sholat) dan makmum (para jama’ah). Untuk menjadi Imam sholat mempunyai kreteria yang harus dipenuhi antara lain Imam harus fasyih (bagus) ketika membaca ayat Al-qur’an, diutamakan yang lebih tua. Namun, ada keanehan saat memilih imam sholat ini yaitu meskipun ada orang yang membaca Al-qur’annya Fasyih akan tetapi tidak mau menjadi Imam “biar bapak saja yang menjadi Imam, monggo jenengan yang lebih tua”, “oh,, tidak nak, sampean aja yang menjadi Imam, suara dan ngajinnya kan bagus”. Akhirnya anak muda yang harus menjadi imam untuk berjama’ah.
Entah mengapa pada umumnya demikian ketika menjadi imam. Mereka berebut untuk tidak menjadi imam yang lebih melemparkan kepada orang yang sekiranya pantas. Hal ini berbanding terbalik ketika kekuasaan terbuka dan membutuhkan seorang pemimpin. Mereka para pejabat berlomba-lomba untuk dapat menempati kursi empuk, segala cara pun diakukannya. Bahkan orang yang sudah memiliki kedudukan pun mencoba utuk digulingkan sehingga fitnah dan ketidak jujuran semakin meracuni rohani masyarakat. Mulai dari lobi-melobi hingga suap menyuap yang pada akhirnya menuntut untuk ganti rugi atas banyaknya uang yang dikeluarkan, jalan korupsipun ditempuh.
            Hadits sendiri telah menegaskan tentang larangan untuk merebut kedudukan dan sangat menginginkannya. Yang artinya : “Abdurrahman bin Samurah r.a. berkata: Nabi SAW. Bersabda: Ya, Abdurrahman bin Samurah, engkau jangan melamar (meminta) jabatan (pimpinan) sebab jika diserahkan kepadamu karena permintaanmu maka akan diserahkan kepadamu seratus persen, sebaiknya jika jabatan itu diserahan kepadamu bukan karena permintaanmu maka akan dibantu untuk mengatasinya” (Bukhori Muslim)  
            Banyak para pejabat yang lari dari tanggung jawab karena merasa tidak mampu menyelesaikan masalahnya. Akhirnya Negara sebelah yang menjadi tujuan pelariannya. Siapa yang tidak kenal Gayus dan Nazarudin, mereka merupakan potret seorang pejabat yang niat awal menjadi pejabat berbanding terbalik dengan hadits di atas. Mereka berangkat dari ambisi untuk memperoleh kedudukan sehingga seratus persen tanggung jawab itu ditanggungnya, baik pribadi maupun kelompok. Stmj.24/07/11

0 comments:

Post a Comment