Friday, 20 May 2011

Do'a Senjata Orang Mukmin

Posted by Admin 10:17:00, under | No comments


Oleh : Prof. DR.H. Saidun Fiddaroini, MA
            Allah SWT berfirma dalam surat Mukmin ayat 60 sebagai perintah untuk berdo’a yang maknanya : dan Tuhanmu berfirman; “Berdo’alah keadaku niscaya akan kuperkenankan bagim. Sesungguhnya orang – orang yang enyombiongkan diri dari menyembahku akan mask neraka jahannam dalam keadaan hina dina”
            Berdoa merupakan melaksanakan ibadah perintah Allah, ditegaskan lagi oleh Nabi : Do’a itu adalah ibadah. Orang yang enggan beribadah adalah orang yang enggan beribadah dan Allah marah kepada orang yang demikian. (HR Tirmidzi)
            Dari kedua keterangan di atas sudah jelas bahwa berdo’a buka lagi ibadah melainkan perintah, sedangkan segala sesuatu yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya adalah ibadah. Dan kita sebagai seorang mukmin tentunya tidak perlu meragukan lagi tentang Do’a.
            Meskipun sudah demikian jelasnya akan perintah berdo’a, masih banyak orang yang tidak mau berdo’a kepada Alah SWT. Hal ini dikarenakan oleh beberapa sebab di antaranya yaitu :
Pertama : karena memang tidak mengerti bahwa do’a itu adalah ibadah, dengan mengasumsikan do’a sebagai sarana meminta saja. Dengan demikian mereka (orang yang tidak mengerti do’a sebagai ibadah) hanya beranggapan do’a adalah mengemis kepada Tuhan tanpa melihat sisi ibadahnya.
Kedua : karena merasa tidak dikablulkan, sehingga tidak lagi percaya pada kekuatan do’a. untuk kelompok ini perlu penyadaran kembali bahwa semua do’a itu pasti diterima/dikabulkan oleh Allah SWT selama orang itu tidak berdo’a untuk menimbulkan dosa bagi dirinya maupun orang lain, tidak berdo’a untuk memutuskan keluarga dan tidak terburu-buru supaya do’anya dikabulkan.
Ketiga : karena sudah merasa aman dan cukup apa adanya, atau sudah ada kebutuhan untuk anak  cucunya kelak. Dengan begitu ia tidak perlu lagi memohon kepada allah SWT.
Perbincangan yang sangat menarik ketika membahas bagaimana do’a itu bisa berfngsi maksimal, sehingga bkan hanya berfunsi sebagai perisai akan tetapi sebagai senjata yang benar-benar berfungsi dan ampuh dengan mengubah kekufuran menjadi keimanan.
Kesalahan yang paling besar adalah tidak menghargai do’a itu sendiri, artinya kita meremehkan akan kekuatan do’a. Tidak lagi menganggap do’a sebagai suatu keyakinan yang  dapat memberikan kemaslahatan bagi siapapun yang memanjatkan do’a.
*Diambil dari Bletin Dakwah Jum’at Al Akbar Edisi 002 / 18 Muharram 1432 H / 24 Desember 2010

Keseimbagan Investasi Dunia dan Akhirat

Posted by Admin 10:12:00, under | No comments

Oleh; KH. M. Toha, M.Ag.

         Kehidupan dalam islam sebagaimana disyaratkan Allah dan Rasul, merupakan kehidupan yang seimbang dan selaras., dengan sisi-sisi kehidupan material maupun sepiritual. Pada suatu hari salah satu sahat rasulullah SAW lewat disebuah lembah dengan mata air yang jernih dan segar. Lembah itu sangat bagus dan indah sehingga membuat sahabat itu terpesona dengan niat ingin menjauh dari masyarakat dan menghabiskan waktunya untuk beribadah di lembah tersebut.
         Lalu dia memberitahukan maksudnya itu kepada Rasulallah SAW. Kemudian Rasul mengatakan “Jangan kamu lakukan itu, kedudukanmu di jalan Allah Jauh Lebih mulia daripada shalat yang engkau laksanakan di lembah tersebut selama 70 tahun, tidakkah kamu ingin agar Allah SWT mengampuni segala kesalahanmu dan memasukanmu ke dalam surge? Maka berjihadlah di jalan Allah”
          Maksud dari cerita tersebut bahwa hidup dimasyarakat dengan mempertahankan akidah dan keyakinan di tengah-tengah masyarakat. Itu makna Ummatan Wasathan (umat yang seimbang) antara hablum minallah dan hablum minan nas. Posisi pertengahan antara dunia dan akhirat dengan bersikap toleran kepada masyarakat dan manusia janganlah tenggelam dalam spiritualisme yang terlalu tinggi sehingga melupakan dunia. (liahat QS. 28 : 77)
         Rasulallah adalah salah seorang yang patut kita contoh dalam kehidupan sehari – hari, dengan gaya dan pola hidup yang sederhana tanpa mengurangai kewibawahan beliau. Islam tidak mengajarkan agar ummatnya mengisolirkan diri dari kehidupan yang tujuannya untuk beribadah kepada Allah saja di tempat pertapaan, atau hanya berkutat di biara seperti pendeta. Bahkan Islam mengingkari orang-orang menciptakan kehidupan sendiri ala pendeta yang tidak berumah tangga atau menikah.
         Dalam senuah riwayat, pernah ada tiga sahabat Rasulallah bertanya : “bagaimana ibadahnya Rasulallah SAW?” Aisyah Menjawab “bahwa ibadahnya Rasul begini dan begitu dijelaskan panjang lebar” . setelah mendengar jawaban Aisyah, ketiga sahabat tersebut membandingkan dengan dirinya, bahwa sungguh ibadah jika dibandingkan dengan dirinya tidak ada apa-apanya daripada Rasul. Sementara itu Allah mengampuni dosa-dosa RAsul-Nya yang terdahulu dan yang akan datang. Kemudian salah satudari mereka mengatakan dan bersumpah, akan melakukan puasa terus menerus. Sedangkan orang kedua mengatakan akan shalat terus menerus. Kemudian orang ketiga akan beribadah terus tidak akan kawin selamanya. Rasulallah yang mendengar pernyataan ketiga orang tersebut, datang dan berkata “sungguh aku adalah orang yang paling takut dan bertaqwa di atara kalian. Tetapi aku berpuasa dan juga berbuka puasa. Aku bangun malam untuk shalat. Tetapi aku tidur. Dan akupun juga menikahi wanita. Maka barang soiapa yang tidak menyukai sunnahku, maka mereka tidak termasuk golonganku.”

Diambil dari Buletin Dakwah Jum’at Al Akbar Edisi 02 06 Mei 2011